devotion of a mother


Seperti halnya buku yang pernah saya baca sebelumnya,saya merasa tertarik dengan satu topik yang selalu mengingatan saya akan kasih dan setianya seorang Ibu kepada anaknya..penasaran kan bagaimana kisahnya.

Timbul dari keluarga sederhana yaitu seorang Ibu bernama Tukirah,di adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki keikhlasan yang luar biasa terhadap hidup yang ia jalani.Bu Tukirah memiliki 3 orang anak yang semua menderita cacat mental,30 Tahun lalu Eko anak pertamanya lahir dengan cacat fisik dan mental yang sampai kini masih dirawatnya.menyusul anak kedua Nini dan si Bungsu Suri.ketiganya cacat fisik dan mental dari sejak lahir.Sebagai orang tua betapa hatinya perih melihat ketidakberdayaan anak-anaknya namun naluri seorang ibu haruslah melindungi dan itulah yang dillakukannya.
Baginya anak adalah titipan Tuhan yang mesti dirawat.dia merasa usianya sudah tua dengan penyakit gula merah,hipertensi yang menyertai.Sungguh sesuatu yang berat merawat merawat ketiga anak dengan kondisi cacat fisik dan mental.Dari mandi,makan,buang air besar semuanya harus dilayani,mereka tidak bisa melakukannya sendiri.Apalagi kalau malam hari badan sudah terasa letih namun Ibu harus bangun untuk melayani mereka.
Lelah sekali rasanya karena kesehariannya tidak bisa istirahat.Namu baginya anak-anak adalah anugerah yang harus disayangi dan di penuhi kebutuhan hidupnya.Hati amatlah terluka jika ada yang mengejek konsidi anak-anaknya,tetapi ibu memaklumi sebab tidak semua menerima keberadaan anak-anaknya.Dulu ketika anaknya masih kecil sring di ejek dan disakiti oleh tetangganya.Jika anak-anak sedang di depan rumah dari kejauhan anak-anak menyakiti mereka dengan ketapel.Rasanya hatinya seperti diris iris melihat buah hatinya menjadi bahan olok dan sasaran untuk andu ketangkasan.Dalam hati Bu atukirah berdoa semoga doa anak-anak yang menyakiti itu di ampuni Tuhan.
Sungguh betapa besar kasih seorang ibu terhadap putra putrinya,ketika saya membaca cerita ini kadang saya selalu ingat,kalau pernah marah-marah sama Ibu,dan ketika Ibu sudah meninggal sangat terasa sekali betapa kecewanya kita pernah berani sama Ibu.

Oke,kita lanjutin yuk ceritanya------->
Kemudian jika tengah malam ibu Tukirah sulit tidur,banyak hal yang terlintas dalam pikirannya,tak lain memikirkan anaknya.Dulu pada saat usianya masih muda kelelahan tidk begitu terasa,kini saat usianya telah renta yang terpikir adalah bagaimana anak-anakQ kalau dirinya meninggal lebih dulu.sampai-sampai Ibu bertanya dalam hati "Tuhan apakah aku berdosa jika meminta padaMu?"Janganlah aku dipanggil terlebih dahulu.siapa yang akan merawat anak-anakQ?",suaminya telah menginjak lansia memang ada saudara-saudara tapi mereka tentu tidak mau dititipi anak dengan kondisi cacat mental.
kegetiran hatinya dari semua permasalahaan hidup hanya bisa di keluhkan kepada Tuhan,meskipun berat ,namun dia masih bisa bersyakur punya suami yang bisa menuntun keluarga.
Bagi Ibu Tukirah pepatah jawa"Mikul dhuwur Mendem Jero"(menjujung martabat dan menutup rapat kejelekan)sepertinya tidak pas untuk dirinya .Kalau anak-anak yang memiliki anak normal secar fisik dan mental anak-anaknya adalah harapan bagi keluarganya,yang natinya mampu mengangkat derajat dan martabat orang tuanya.sedangkan anak Ibu Tukirah tidak ada yang bisa diharapkan dari segi apapun.Tetapi naluri seorang ibu tidak akan begitu saja melantarkan anak-anaknya.
Sungguh kisah hidup seorang anak Adam yang sungguh mampu memberi inspirasi untuk kita semua sebagai umat manusia.
Semoga dengan membaca ini kita menjadi semakin terpanggil untuk terus bertanggung jawab terhadap anugerah yang di berikan Tuhan.

Comments